73 Tahun Indonesia Merdeka, tidakkah kita sedang berjalan mundur?



Hari Merdeka.
Selalu diperingati dengan meriah.
Upacara dimana-mana
Perlombaan hadir tak kalah meriah.
Bendera berkibar dan lagu kebangsaan berkumandang.
Ironisnya kemeriahan ini sering lupa kita maknai.
Kata orang ini bentuk mengenang kemenangan Indonesia.
Kata orang ini hari besar.
Kata orang ini bukti nyata dari perjuangan bangsa.

Tapi bagiku,
Hari ini adalah pengingat akan rasa cinta
Hari ini adalah bagian kontemplasi diri tentang apa makna hadirku untuk mewarnai hadirnya.
Hari ini adalah tamparan untuk kembali berjuang untuk bangsa

Tidak kah kita malu?
Dulu kita dipecah oleh penjajah,
sekarang kita memecah bangsa kita sendiri.
Memperkuat batas antar kelompok
Memudarkan arti bhineka tunggal ika.
Melupakan kita masih satu bangsa.
Berawal dari berbalas komentar sosial media.
Saling memicu api emosi dari berita yang entah dibuat siapa.
Setiap orang berujar seakan pendapatnya yang terbenar.
Tak enggan menghujat, menghina berlindung di balik wajah sosial media.
Toh orang lain juga berujar kebencian yang sama
Ironis. Emosi pribadi menguasai logika.
Hingga lupa bahwa masalah hadir untuk dicarikan solusinya.
Ah mungkin bangsa ini memang sedang menyukai drama.
Ya siapa yang tidak butuh drama, bukankah itu yang membuat hidup berwarna.
Tapi apakah drama ini yang akan memajukan bangsa?

Tidakkah kita sedang berjalan mundur?
Atau ini adalah tantangan baru untuk kemerdekaan kita?
Tantangan untuk menemukan arti kedewasaan sebagai bangsa?
Lagi-lagi tergantung kita menyikapinya.
Yang pasti, drama bukan jawabannya.
Yang pasti ini bukan akhir perjuangan.
Yang pasti rakyat masih menjadi harapan bangsa
Yang pasti Indonesia masih butuh kita, generasi muda harapan bangsa

17 Agustus 2018
Kereta Api Argo Sindoro

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Impression

Prioritas

Langkah